Drama Konyol

Minggu, 23 Mei 2010

KELUARGA BAWANG
Di adaptasi dari cerita rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih

M1 : Ibu Kandung Bawang Putih (Mega)

A1 : Ayah Bawang Putih (Andika)

C1 : Ibu tiri Bawang Putih (Corry)

M2 : Bawang Merah (Mega)

O : Bawang Ungu (Rahmatika)

Y : Bawang Putih (Yasinta)

I : Pangeran (Rayvivant)

A2 : Ayah pangeran (Andika)

C2 : Tabib (Andika)


Jaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang hidup bahagia. Kebahagiaan itu bertambah karena sang istri sedang mengandung. Beberapa bulan kemudian sang istri melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik
M1: “Bayi kita sangat cantik parasnya. Akan kunamakan dia bawang putih. Indah bukan kakanda?”
A1 : “Nama yang indah, adindaku”.

Selang beberapa bulan, sang istri meninggal dunia.

A1: “Aku akan selalu merindukanmu istriku tercinta”.
(Di pemakaman, Andika menggendong bayi sambil menangis)

***

Setelah kepergian sang istri, sang suami membesarkan putrinya seorang diri. Saat bawang putih meginjak usia 13 tahun, sang ayah bertolak ke luar kota untuk bekerja. Setahun lamanya Sang Ayah pergi, Bawang Putih menunggunya dengan sabar. Ketika pulang, Sang Ayah membawa pasangan hidupnya yang baru.

A1: “Bawang putih anakku, perkenalkan ini istri ayah, dan yang ini saudara- saudara tirimu. Maafkan ayah tidak memberi tahumu terlebih dahulu”.

(Menunjukkan orangnya)
C1: “Oh, jadi kau yang bernama Bawang Putih? Sungguh cantik parasmu wahai putriku sayang. Matamu imdah bagai berlian, sangat menawan”.

(Mengelus wajah Bawang Putih)
Y: “Te..terimakasih bu”.
M2: “Hai putih. Namaku Bawang Merah. Salam kenal”.

(Mengulurkan tangan)

Y: (Menjabat tangan dan tersenyum)
C1 : “Ayo perkenalkan dirimu Bawang Ungu!”
O: “Hai putih! Aku Bawang Ungu”.

(Mengulurkan tangan)
Y : (Menjabat tangan dan tersenyum)

Beberapa bulan setelah keluarga baru Bawang Putih hadir, nasib malang tidak jauh dari kehidupan mereka.

C1: “Si tua bangka itu tidak begitu berguna. Cuma menghabiskan makanan dan uang saja! Lebih baik dia ku singkirkan saja, agar dapat santunan dari kerajaan.. Hha…”

Di teras rumah.

A1: “Ibu!”

(Duduk sambil membaca koran)

C1: “Ada apa kakanda?”

A1: “Tolong buatkan teh hangat ya Bu!”

C1: “Iya kakanda”.

(Pergi ke dapur lalu membuat teh dan mencampurnya dengan racun)

C1 : “Ini minumannya kakanda. Silahkan diminum”.
A1 : “Terima kasih istriku”.
C1 : “Hahaha…Kau pasti mati dengan racun itu tua bgka busuk!”

(Bergumam)

Perbuatan jahat sang ibu tiri ternyata diketahui oleh putrinya, Bawang Ungu.
(Ayah sekarat)

C1 : “Tolong… Tolong… “

(Memanggil anak- anaknya)


O: “A…ayah. Apa yang ibu lakukan?”

(Memandang ibunya dengan tatapan penuh amarah)
C1: “Memang apa yang kau pikirkan? Apa mungkin aku tega membunuh suamiku sendiri?

(Memandang dengan tatapan tak tahu apa- apa)

Di pemakaman

Y: “Ayah…Kenapa begitu cepat kau meninggalkan kami?”

(Menangis tersedu- sedu)
M2: “Cepat juga ya si tua bangka itu mati!”
Y: “A…apa yang kau katakan bawang merah?!”
0: “Bawang merah! Jangan bilang begitu, bagaimana pun dia ayah kita juga”.
C1 : (kipas2)

Setelah kepergian ayahnya, kehidupan Bawang Putih berubah 180 derajat. Ia diperlakukan sebagai pembantu oleh Ibu tirinya dan Bawang Merah. Hanya Bawang ungu lah yang senantiasa membantunya.
M2: “Heh, BAWANG PUTIH BUSUK! Kesini kamu! Baju ku yang ini belum di cuci!”
Y: “Ma…maaf. Aku lupa… Sini..biar aku cuci sekarang”.
M2: “Kamu gila?! Ini jam berapa?! Aku harus pergi jalan- jalan sekarang! Pasti tidak akan sempat B0DOH! Ibu!!!”

(Memukul Bawang Putih)
C1: “Ada apa bawang merah ku yang manis? Kenapa ribut- ribut?”
M2: “Lihat bu! Bajuku belum dicucì, padahal mau ku pakai sekarang!”

(Sedikit manja)
C1: hm.. Ya sudah.. Biar ibu bli bju bru bsk. Bgaimana? Stuju? Tp jgn marah..
M2: “Terima kasih Bu! Dan buat kau putih busuk! Selesaikan pekerjaanmu sekarang!”
C1: “Apa kau tuli? Cepat pergi dan cuci pakaiannya!”
O: “Sudahlah bu! Jangan terlalu keras!”

M2: “Diam kamu! Janganlah kau membelanya terus- terusan!”

O: “Tapi kak! Diakan bukan pembantu! Jadi kau tak bisa seenaknya saja menyuruh- suruhnya seperti itu!”

Y: “Sudah, hentikan semua itu! Baik, aku akan mencucikan baju itu”.

(Meninggalkan Bawang Merah dan Bawang Ungu, lalu menuju sungai)

Di sungai. Saat sedang mencuci.

Y: “Wah, Apa itu?”

(Mengambil bungkusan kecil yang hanyut di sungai. Lalu membukanya)

Y: “Tida…k, aku menemukan sebuah biji emas! Apa yang harus aku lakukan?”

Akhirnya, Bawang Putih memutuskan untuk menanam biji emas itu di tamannya.

***

Pada suatu hari di Kerajaan

I: “Ayah, sebenarnya ayah sakit apa? Kenapa sampai sekarang ayah tak kunjung sembuh?”

(Menatap sedih ayahnya yang berbaring tak berdaya di atas kasurnya)

I: “O iya, kenapa aku tak tanya kepada tabib saja? Siapa tahu dia tahu obat untuk menyembuhkan ayahku?”

(Pangeran pergi menemui tabib)

Di rumah tabib

I: “Tabib… Tolong saya! Ayah saya sakit keras, apa yang harus saya lakukan?”

C2: “Baiklah pangeran, saya akan menolongmu. Sekarang, antarkan saya kepada sang Raja!”

Lalu, Sang Pangeran dan Tabib menemui Sang Raja

Di Kerajaan

I: “Apa yang harus saya lakukan?”

C2: “Kau harus mencari buah emas dari biji emas. Lalu, juslah buah itu dan minumkanlah kepada ayahmu. Tapi, untuk mendapatkan buah itu, kau harus benar- benar sabar. Jika tidak, kau tak akan bisa menemukannya. Untuk hal yang satu ini, saya tak bisa menolongmu. Maafkan saya tuan”.

(Meninggalkan pangeran)

Demi Sang Ayah, Pangeran pun segera mencari buah emas itu.

Hari silih berganti. Namun, Pangeran tak kunjung menemukan buah emas itu. Hingga pada suatu hari…

Di taman milik Bawang Putih

I: “Ahh…Sudah lama aku mencari. Tapi, buah itu tak kunjung ku temukan. Bagaimana ini? Aku berjanji, jika yang dapat membantuku menemukan buah emas itu laki- laki, akan kujadikan dia saudaraku. Namun, jika yang membantuku perempuan, akan kujadikan dia istriku”.

(Beristirahat di bawah pohon di taman milik Bawang Putih)

Tak lama kemudian, Bawang Putih muncul.

Y: “Siapakah gerangan disana? Mengapa aku tak pernah melihatnya?”

(Datang mendekati pangeran)

Y: “Hei, siapa kamu? Apa yang sedang kau lakukan di tamanku?”

I: “Ha? Masa kau tak tahu siapa aku?”

Y: “Ya ampun, kau ini pangeran? Apa yang anda lakukan di sini?”

I: “Saya sedang mencari buah emas untuk obat ayah saya. Saya sudah mencarinya berhari- hari. Tapi, buah itu tak kunjung kutemukan. Apakah kau tahu dimana buah itu?”

Y: “Apa? Buah emas? Saya punya tanaman itu. Mari saya antar!”

(Berjalan menuju pohon emas sambil berkenalan)

Y: “Ini pangeran”.

(Memberikan buah emas itu)

I: “Terima kasih, sebagai hadiahnya mau kah kau menjadi istriku gadis cantik?”

Y: “Terima kasih atas pujiannya pangeran. Tapi, apakah saya pantas menikah dengan pangeran yang kaya raya?”

I: “Sudahlah, apa yang kau ragukan? Kau ini cantik dan baik hati. Apakah itu belum cukup untukmengalahkan kekayaan ku?”

Y: “Baiklah Pangeran”.

Beberapa bulan kemudian. Di Kerajaan.

I: “Ayah, perkenalkan, dia adalah orang yang membantuku menemukan buah emas itu. Dia adalah calon istriku yang sering aku ceritakan kepada ayah”.

A2: “Waw, cantik sekali kau. Siapa namamu?”

Y: “Bawang Putih, Baginda Raja”.

A2: “Apakah kau punya saudara perempuan yang lain?”

Y: “Iya. Saya mempunyai dua saudara perempuan. Ada apa baginda?”

A2: “Bolehkah salah satu di antara mereka ku jadikan permaisuri ku?”

Y: “Saya tak dapat memutuskannya baginda. Saya akan mempertemukan baginda dengan kakak saya saja. Biar dia yang menentukan. Bagaimana?”

A2: “Baiklah”.

Beberapa jam kemudian. Di Kerajaan.

Y: “Ini kakak saya, baginda. Cantik bukan?”

A2: “Iya, cantik sekali. Siapa namamu?”

O: “Bawang Ungu baginda. Mengapa baginda memanggil saya?”

A2: “Apakah kau mau menjadi permaisuri wahai gadis cantik?”

O: “Tapi…”

A2: “Sudahlah, tak usahlah kau malu- malu. Putuskan saja”.

O: “Baiklah baginda”.

Beberapa bulan kemudian, diadakanlah pesta pernikahan antara Pangeran dengan Bawang Putih dan Raja dengan Bawang Ungu. Dan mereka pun hidup bahagia. Sedangkan Ibu tiri dan Bawang Merah dipenjara di bawah tanah.

SEKIAN



2 comments:

world of cubes mengatakan...

opo iki?

Unknown mengatakan...

tugas b.indo biyen

Posting Komentar